Selasa, 25 Oktober 2011

Jangan Asal Reformasi



oleh Rina Rasmalina
“Soeharto, Orde Baru, KKN, Krisis Moneter, …” Pasti kata-kata itulah yang biasanya keluar dari benak siswa-siswi disuatu sekolah dasar maupun menengah ketika ditanya oleh gurunya tentang masalah reformasi di Indonesia. Yah, kata reformasi tidaklah asing lagi untuk diperbincangkan disebuah forum tertentu. Karena reformasi telah membawa sejarah baru tentang pelik kehidupan politik dan ekonomi di Indonesia pada saat itu.
            Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, reformasi merupakan perubahan untuk perbaikan dalam suatu masyarakat atau pemerintahan (biasanya tentang politik). Sedangkan pengertian reformasi menurut Wikipedia, umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 
1998 yang menjatuhkan kekuasaan Presiden Soeharto atau era setelah Orde Baru. Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa reformasi di Indonesia adalah perubahan suatu sistem di Indonesia setelah masa Orde Baru atau jatuhnya kepemimpinan Presiden Soeharto pada tahun 1998.
Banyak faktor yang menyebabkan jatuhnya kepemimpinan Presiden Soeharto di era Orde Baru, salah satunya adalah hasil dari pembangunan nasional yang menyimpang. Penyimpangan-penyimpangan dari hasil pembangunan nasional ini lebih menjuru kepada praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh aparat-aparat di masa Orde Baru. Penyimpangan ini telah menyebabkan munculnya krisis moneter yang menyiksa rakyat Indonesia. Perubahan ekonomi yang bergejolak 1800 dari 31 tahun masa pemeritahannya, dimana sebelumnya, reputasi Pelita I-V (dari tahun 1969-1994) telah membawa nama Indonesia ke kanca internasional sebagai ‘Macan Asia’ dengan swasembada berasnya yang berlimpah. Akhirnya, setelah pemilihan yang diadakan pada tahun 1997 dengan kemenangan telak Partai Golkar, menetapkan Soeharto sebagai presiden dan B.J Habibie sebagai wakil presiden. Dimasa 32 tahun jabatan kepemimpinannya ini, Indonesia diterpa badai krisis yang berat untuk diatasi, yakni krisis moneter yang kemudian berlanjut pada krisis ekonomi yang akhirnya menimbulkan krisis kepercayaan kepada pemerintah. (Sejarah 3; hlm.14)
Pelita VI yang telah direncanakan sebagai kebijakan dimasa Orde Baru dengan menitik beratkan pembangunan pada sektor bidang ekonomi kandas di tengah jalan. Pada kenyataan yang ada, struktur dasar dari pembangunan di Indonesia pasa zaman itu tidaklah sebagus penampilan fisik luarnya. Gagalnya membangun karakter dan mental bangsa menyebabkan rapuhnya pemerintah pada masa Orde Baru tersebut.
Tidak rela dengan kondisi krisis yang terjadi, munculah gerakan reformis yang menginginkan perubahan besar terhadap sistem di Indonesia. Tapi sayangnya, hasil dari demonstasi pada tanggal 12 Mei 1998, membuat 4 orang mahasiswa Trisakti tewas oleh senjata api aparat yang seharusnya tidak digunakan untuk mengamankan keadaan saat itu. Pasca kejadian berdarah Trisakti, munculah gerakan mahasiswa yang mendatangi gedung DPR/MPR RI. Mereka memaksa untuk mengadakan Sidang Istimewa MPR dan pencabutan mandat kepada Presiden Soeharto.
Pengunduran Presiden Soeharto dari jabatannya sebagai presiden Indonesia dan pengangkatan B.J Habibie sebagai presiden pengganti Soeharto merupakan awal dari era reformasi yang didamba-dambakan masyarakat yang mengharapkan perubahan.
Benar saja, di era reformasi ini telah membawa pers pada kebebasannya, Dwifungsi ABRI yang sudah dihapus, dan KKN yang ‘masih dicoba’ untuk dihapuskan. Namun, dari segi ekonomi, sebenarnya reformasi tak lebih baik dari perekonomian pada masa Orde Baru. Hal ini dikarenakan Orde Baru yang telah menyisakan banyak hutang yang seharusnya tidak dibebankan kepada kehidupan rakyat di era reformasi ini.
Nah, jika kita teliti lebih dalam terhadap reformasi yang berlangsung kurang lebih 13 tahun ini, sebenarnya tidak banyak yang berubah dari Indonesia itu sendiri. Kata reformasi yang diharapkan dapat mewakili aspirasi rakyat diakhir era Orde Baru takutnya tidak  memberikan jawaban nyata terhadap pertanyaan tentang kesejahteraan yang didamba-dambakan rakyat Indonesia. Contoh nyatanya adalah pembangunan yang belum merata di daerah Papua, dimana adanya ketidakadilan pemerintah dalam otonomi daerah yang dikhawatirkan akan menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan oleh bangsa Indonesia.
Sebagai pemuda Indonesia, seharusnya kita dapat berpikir lebih kritis terhadap kepemimpinan seorang yang memimpin tahah air kita. Jangan biarkan, Ibu Pertiwi terus bersedih melihat anak-anaknya yang merintih kesakitan. Jadilah pemuda yang nantinya menjadi pemimpin Indonesia yang pro terhadap kedaulatan rakyat dan mampu membangun pondasi yang kokoh untuk membangun Indonesia jauh lebih baik.
HIDUP REFORMASI!   

Sumber:
http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/reformasi.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1998-sekarang)
Mustopo, M. Habib. dkk, 2011. Sejarah 3 Untuk Kelas XII SMA Program IPA. Jakarta:
       Yudhistira.

(Rina Rasmalina-XII SCI-3-Sejarah)

1 komentar: