Selasa, 25 Oktober 2011

Reformasi di Mataku

                                                                                                                    oleh VERA DONA 

Sudah lebih dari tiga belas tahun sejak rakyat negeri ini bangun dari tidur panjang. Kelompok pemuda, mahasiswa, dan semua elemen masyarakat meneriakkan reformasi seperti sebuah kata sakti dengan harapan besar bahwa Indonesia akan menjadi negara yang jauh lebih baik begitu membekas dalam kalbu segenap warga negaranya.
Reformasi, seperti yang semua orang ketahui, secara harfiah berarti perubahan. Perubahan terhadap nilai-nilai yang mendasari kinerja sistem pemerintahan jika didefinisikan menurut istilah. Merunut pada sistem pemerintahan sebelumnya, faktor jatuhnya Orde Baru tidak dapat dilepaskan dari krisis moneter dan krisis ekonomi yang meluas menjadi krisis multidimensional. Krisis ini menyebabkan semakin melemahnya nilai rupiah, munculnya aksi massa, buruh, dan mahasiswa yang marak terjadi dimana - mana. Huru-hara tersebut merupakan peristiwa bersejarah yang membawa Indonesia pada babak baru perjalanan bangsa. Hal ini semakin diperparah dengan semakin beraninya demonstrasi menuntut agar harga-harga diturunkan dan agenda reformasi segera dilaksanakan.
Puncak dari demonstrasi tersebut adalah terbunuhnya empat mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998 yang disebabkan oleh peluru petugas. Mereka adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hartanto, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan. Jika diakumulasikan, dalam semua kerusuhan yang pernah terjadi tersebut, menurut TPGF, korban meninggal sebanyak 1.217 orang, luka-luka 91 orang, dan hilang 31 orang (Fadli Zon, 2009).
Menghadapi demonstrasi yang bertubi-tubi dan kerusuhan yang tidak terkendali atas desakan dari berbagai elemen masyarakat termasuk tokoh-tokoh politik deklarator Ciganjur saat itu seperti Gus Dur, Amien Rais, Megawati Soekarno Putri, Sultan Hamengkubuwono dan yang lainnya mendesak Presiden Soeharto untuk segera turun dari jabatannya guna menghindari kerusuhan yang lebih besar. Ketua MPR Harmoko yang dua bulan sebelumnya meminta Soeharto untuk kembali memimpin Republik Indonesia karena alasan bahwa seluruh rakyat Indonesia masih menginginkan Soeharto untuk memimpin Indonesia, pada saat itu kembali menarik ucapannya karena ternyata rakyat Indonesia sudah tidak menginginkan Soeharto untuk memimpin Indonesia dan mengharapkan Presiden Soeharto segera mengundurkan diri.
Sebenarnya pendukung Soeharto pada saat itu sangat besar, namun untuk menghindari adanya korban jiwa dan materi yang semakin banyak, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 pukul 09.00 Presiden Soeharto membacakan pidato tentang pengunduran dirinya dan secara konstitusional memberikan jabatan presiden kepada  Wakil Presiden BJ Habibie untuk melanjutkan tampuk kekuasaan di Indonesia.
Dari pemerintahan Presiden Habibie inilah kemudian reformasi digulirkan dengan agenda agenda perbaikan di berbagai bidang kehidupan berbangsa baik sosial, politik, ekonomi, pendidikan maupun pertahanan dan keamanan. Namun demikian, harapan-harapan besar rakyat yang tertanam dengan dilaksanakannya reformasi tersebut belum menunjukkan perkembangan yang diharapkan. Kata-kata reformasi yang dulu sering dikumandangkan belum benar-benar dapat dibuktikan. Keadaan pun semakin diperparah dengan krisis kepercayaan sampai permasalahan harga pangan dan sumber energi yang semakin mahal. Di samping itu, kekurang-tanggapan pemerintah terhadap rakyat, kecenderungan pihak-pihak yang mengatasnamakan rakyat demi kepentingan golongan, dan mengambil keuntungan di antara celah-celah kebijakan yang seharusnya hanya untuk kepentingan negara pun menjadi poin penting penyebab lambannya upaya pencapaian tujuan reformasi yang nyata.
Inilah kenyataan pahit reformasi yang harus segera diselesaikan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Akan ada banyak halangan dan rintangan yang harus dihadapi namun suatu impian untuk mencapai Indonesia sejahtera bagi seluruh lapisan masyarakat bukanlah hal yang mustahil. Dengan kerjasama, kesadaran akan peran dan kewajiban, saling mengerti, dan pengabdian penuh pada negara niscaya impian tersebut dapat terwujud. Satu hal yang perlu dijadikan pekerjaan rumah bagi seluruh rakyat yakni mulailah dari diri sendiri karena dirimu tercipta sebagai titik awal membangun negeri.




 Sumber Referensi :
Mustopo, M. Habib. 2011. Sejarah untuk Kelas XII SMA Program IPA. Jakarta: Yudhistira.

http://id.wikipedia.org/wiki/Reformasi tentang definisi reformasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar